Perbankan
Biaya Dana Turun, Bunga Tetap TinggiJAKARTA, KOMPAS.com - Kebijakan pelebaran koridor suku bunga, penurunan bunga acuan atau BI rate selama triwulan I-2012, dan bunga Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), tak membuat bank kehilangan daya tarik. Likuiditas masih melimpah. Salah satu indikatornya, suku bunga pasar uang antar bank (PUAB) bergerak menurun sebesar 79 basis poins (bps), menjadi 3,76 persen. Artinya, bank rela pendapatan dari PUAB berkurang, asal dana bisa cepat tersalurkan.
Pada Februari 2012, data Bank Indonesia (BI) menunjukan, bunga simpanan khususnya deposito turun sebesar 38 bps menjadi 5,97 persen dibandingkan dengan Desember 2011 sebesar 6,29 persen. Bank pembangunan daerah (BPD) memangkas bunga simpanan sebesar 66 bps. Sementara, kelompok bank asing turun 24 bps, bank swasta 38 bps, dan bank BUMN 33 bps.
Menariknya, meskipun bunga simpanan turun, nilai simpanan deposito tetap meningkat. Deposito rupiah naik 17 persen menjadi Rp 1.087 triliun dari tahun sebelumnya yang Rp 929 triliun. Sedangkan deposito valuta asing (valas) naik 23 persen menjadi Rp 168 triliun dari Rp 136 triliun.
Komisioner LPS, Heru Budiargo mengatakan, bunga simpanan turun karena kondisi likuiditas perbankan membaik dan biaya dana dari seluruh kelompok bank menunjukkan tren penurunan. Maka itu, pada kuartal I-2012, LPS tetap menjaga bunga simpanan sebesar 5,5 persen bank umum, valas 1 persen, dan bank pembangunan rakyat (BPR) 8 persen. "Ke depan ada peluang penurunan bunga LPS," kata Heru, Minggu (15/4/2012).
Penurunan bunga simpanan ini seharusnya berbanding lurus dengan bunga kredit. Namun, setahun setelah kebijakan transparansi suku bunga dasar kredit (SBDK), SBDK perbankan belum turun signifikan. Misalnya, Bank Pan Indonesia (Panin), Bank Internasional Indonesia (BII) dan Bank Tabungan Negara (BTN).
Bank Panin mencatat rata-rata seluruh SBDK naik 32 bps menjadi 10,77 persen. Bunga kredit korporasi dan ritel, konsumer KPR, dan non-KPR naik menjadi 11,27 persen. Sedangkan, rata-rata SBDK BII naik 7 bps - 10 bps menjadi 10,19 persen. SBDK kredit korporasi dan kredit ritel naik menjadi 11,03 persen.
Direktur Financial Institutioan and International Panin, Hendrawan D, mengatakan, pemberian bunga kredit itu tergantung dari pasar dan kondisi likuiditas bank. Ia mengimbau kepada para debitur agar jangan hanya memantau SBDK meskipun itu acuan bunga kredit. "Patokan bunga kredit itu setahun, setelah itu akan naik lagi karena menyesuaikan permintaan pasar," katanya.
Meskipun SBDK ketiga bank ini naik, secara rata-rata industri, suku bunga kredit modal kerja turun 14 bps menjadi 12,02 persen, kredit investasi turun 42 bps menjadi 11,62 persen dan kredit konsumsi turun 53 bps menjadi 13,62 persen. BI mencatat, spread atau selisih antara bunga kredit terhadap suku bunga deposito 1 bulan pada Februari 2012 tercatat sebesar 6,45 persen.
Ekonom Universitas Atmajaya Agustinus Prasetyantoko menilai, BI perlu segera membentuk biro kredit swasta agar perbankan mengetahui premi risiko debitur. Sehingga bank memiliki info kualitas debitur dari yang kecil, menengah hingga debitur besar.
Selain itu, meskipun biaya dana (cost of fund) tahun ini lebih tinggi dibandingkan tahun sebelumnya, bisa menekan biaya overhead melalui efisiensi. "Komponen suku bunga kredit ada tiga, yakni biaya dana yang mengacu LPS, biaya overhead, dan premi risiko," kata Agustinus. (Nina Dwiantika/Kontan)
0 comments:
Post a Comment