Keluarga Korban Pembunuhan Sandera Warga
POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com - Lantaran polisi dinilai lamban bertindak menangkap para pelaku pembunuhan sadis seperti yang terekan dalam video amatir yang sudah beredar luas di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, keluarga korban bertindak nekat menyandera salah satu pelaku pembunuhan yang terekam dalam video amatir. Keluarga korban pembunuhan akan memburu sendiri para pelaku jika polisi tidak segera bertindak dan menangkap para pelakunnya.
Kapolres Polewali Mandar, AKBP Yohan Priyoto Sik yang dikonfirmasi terkait insiden penyenderaan salah seorang pelaku bernama Sahran, tukang ojek yang ada dalam rekaman dan ikut melakukan pembantaian saat kejadian tengah berlangsung di tengah pesta maulid, minggu pekan lalu menyatakan belum tahu dan belum mendapat laporan dari bawahannya.
"Saya belum tahu itu, saya lagi di Mapolda Sulselbar," ujar Yohan yang baru beberapa hari menjabat sebagai Kapolres Polewali Mandar.
Yohan berjanji akan mengkroscek ke bawahannya untuk menyikapi kasus tersebut. Sejumlah petugas Polres Polewali Mandar dan Polsek Tinambung membenarkan hal tersebut, namun pihak kepolisian dan keluarga korban yang menyandera sedang melakukan negosiasi untuk melepas Sahran, salah satu warga desa Karama yang diduga ikut terlibat pembunuhan seperti dalam rekaman video.
Mukmin, salah seorang tetangga dan kenalan dekat dengan keluarga korban menyesalkan lambannya polisi bertindak dalam memburu para pelaku yang terekam dalam video amatir yang sudah beredar luas di Polewali. "Tidak bisa tidak polisi harus menangkap semua pelaku yang terlibat dalam insiden pembunuhan sadis ini," ujar Mukmin.
Keluarga Sappe, warga desa asal Karama, Kecamatan Balanipa yang dibunuh dengan cara dipukul dan dilempari batu tidak terima korban disebut mencuri seperti yang ramai tersebar saat kejadian. Pasalnya tidak ada indikasi atau bukti apa pun yang menguatkan jika pelaku sedang mencuri.
Sejak insiden pembunuhan Sappe pada minggu lalu suasana antar kedua desa bertetangga Karama dan Tanga hingga kini diliputi ketegangan dan rasa waswas. Selentingan isu aka saling serang dan saling balas yang berkembang di kedua desa membuat hubungan warga antar-dua desa menjadi tidak nyaman. Warga kedua desa yang merasa tidak menjadi bagian dari konflik mendesak agar polisi serius menyelesaikan kasus tersebut.
POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com - Lantaran polisi dinilai lamban bertindak menangkap para pelaku pembunuhan sadis seperti yang terekan dalam video amatir yang sudah beredar luas di Polewali Mandar, Sulawesi Barat, keluarga korban bertindak nekat menyandera salah satu pelaku pembunuhan yang terekam dalam video amatir. Keluarga korban pembunuhan akan memburu sendiri para pelaku jika polisi tidak segera bertindak dan menangkap para pelakunnya.
Kapolres Polewali Mandar, AKBP Yohan Priyoto Sik yang dikonfirmasi terkait insiden penyenderaan salah seorang pelaku bernama Sahran, tukang ojek yang ada dalam rekaman dan ikut melakukan pembantaian saat kejadian tengah berlangsung di tengah pesta maulid, minggu pekan lalu menyatakan belum tahu dan belum mendapat laporan dari bawahannya.
"Saya belum tahu itu, saya lagi di Mapolda Sulselbar," ujar Yohan yang baru beberapa hari menjabat sebagai Kapolres Polewali Mandar.
Yohan berjanji akan mengkroscek ke bawahannya untuk menyikapi kasus tersebut. Sejumlah petugas Polres Polewali Mandar dan Polsek Tinambung membenarkan hal tersebut, namun pihak kepolisian dan keluarga korban yang menyandera sedang melakukan negosiasi untuk melepas Sahran, salah satu warga desa Karama yang diduga ikut terlibat pembunuhan seperti dalam rekaman video.
Mukmin, salah seorang tetangga dan kenalan dekat dengan keluarga korban menyesalkan lambannya polisi bertindak dalam memburu para pelaku yang terekam dalam video amatir yang sudah beredar luas di Polewali. "Tidak bisa tidak polisi harus menangkap semua pelaku yang terlibat dalam insiden pembunuhan sadis ini," ujar Mukmin.
Keluarga Sappe, warga desa asal Karama, Kecamatan Balanipa yang dibunuh dengan cara dipukul dan dilempari batu tidak terima korban disebut mencuri seperti yang ramai tersebar saat kejadian. Pasalnya tidak ada indikasi atau bukti apa pun yang menguatkan jika pelaku sedang mencuri.
Sejak insiden pembunuhan Sappe pada minggu lalu suasana antar kedua desa bertetangga Karama dan Tanga hingga kini diliputi ketegangan dan rasa waswas. Selentingan isu aka saling serang dan saling balas yang berkembang di kedua desa membuat hubungan warga antar-dua desa menjadi tidak nyaman. Warga kedua desa yang merasa tidak menjadi bagian dari konflik mendesak agar polisi serius menyelesaikan kasus tersebut.
0 comments:
Post a Comment